RSS

Jumat, 05 Agustus 2011

AYAH

Ini cerpen perdana gue.....yeee gue bisa juga buat cerpen.... jadi maaf maaf aja ya kalo masih belepotan. maklum penulis amatiran. cerpen ini gue beri judul ayah, silahkan membaca...


“Rin cepat telurnya sudah matang, ayo sarapan dulu” kata ayah dari dapur. “Iya bentar” jawab Arin. Sejak ibu meninggalkan aku dan ayahku waktu masih kecil, ayahkulah yang sendirian membesarkan aku. “cepat, ini kan hari pertama masuk SMP “ kata ayah tak sabar. “ Iya iya” jawabku singkat. Ini memang hari pertama aku masuk SMP, sebelum aku makan aku berpamitan dulu dengan ibuku sambilku pegang fato ibuku. “Bu, ini hari pertamaku masuk sekolah, doain ya bu semua baik baik saja, arin sayang ibu”. Aku bergegas menuju satu satunya ruangan yang ada di rumahku.

Rumah kontrakan ku sangat sederhana cuma ada satu kamar dan satu ruang kosong yang serbaguna, bahkan kalau malam tiba ayah tidur diruangan itu yang hanya beralaskan tikar sederhana. Aku dan ayah memang hidup sangat sederhana. Ayahku hanya tamatan SMA dan sekarang beliau bekerja sebagai buruh kasar. Untuk membantu ayahku, aku menjadi buruh cuci. Sebenarnya ayah melarang tapi aku memaksa, aku tidak tega melihat ayah bekerja sendirian aku ikhlas melakukan ini demi ayakku.

          Sesampainya di ruangan sempit itu ku dapati ayah yang sudah menyiapkan sarapan. Ayah ku memang hebat, dia juga setia dengan ibuku yang sudah lama meninggalkan ayah. Sebenarnya banyak yang gadis yang naksir dengan ayah, bagaimana tidak ayahku itu masih muda dan tampan. sangking tampannya. Pernah suatu saat aku pernah berkata kepada ayah ku kenapa ayah tidak menikah lagi dan aku mendapati jawaban yang membuatku terharu, ayah cuama ingin hidup dengan ku karena beliau sangat sayang kepada anak sematawayangnya ini.

          “Maaf ya ayah cuma bisa memasakan kamu telur,“ kata ayah di sela sela sarapan. Sambil tersenyum aku menjawab “iya enggak apa apa kok”. Sebenarnya aku bosan karena sering banget makan telur tapi aku enggak tega buat mengeluh. “Yah aku anterin ya ?” pintaku. “Kenapa enggak naik angkutan umum saja” jawab ayah. “Kan ini hari pertama aku masuk SMP, ya yah ya?” rengekku. “Iya deh” jawab ayahku. “makasih ya yah” sautku. Ayahku Cuma tersenyum.

          Selesai makan aku dan ayah bersiap siap buat berangkat sekolah, sekolah baru ku ini lebih dekat dari rumah dari pada SD. “pakek sepeda yah?” tanyaku. “Iyalah mau pakek apa lagi?” jawabnya. ”Kenapa enggak beli montor yah?” tanyaku lagi. “Udah syukur ayah bisa nyekolahin kamu, bisa sih beli montor tapi kamu enggak sekolah, mau?” jawab ayah. “Ya enggaklah.” jawabku. Aku pun berangkat di boncengin ayah naik sepeda buntut. Sejak aku SD ayah selalu mengantar jemput aku sekolah dengan sepeda itu, cuma sejak kelas 6 SD aku naik angkutan umum.

          Di lampu merah aku bersebelahan dengan mobil sedan. Waktu mobilnya itu terbuka, tiba tiba ayah mengayuh sepedanya dengan cepat sesekali menengok ke belakang. Aku bingung kenapa ayah seperti itu, tiba tiba aku teringat ternyata wanita yang ada di dalam mobil itu seseorang yang ada di foto yang biasa ku ajak bicara, ia dia ibuku. Aku menengok ke belakang ternyata mobil itu mengikuti ayah.  Sesampainya di sekolah ayah menyuruhku buat segera masuk ke kelas, aku pun menuruti kata ayah. Aku melihat dari jauh wanita itu menemui ayah dan aku melihat wanita itu marah marah dengan ayah. Aku pun bergegas memasuki kelas karena bel sudah berbunyi.

          Dulu pernikahan ibu dan ayah tidak direstui oleh ibunya ibuku. Nenekku tidak merestui ayah karena ayah dari keluarga miskin, maklum nenekku orang terpandang dan kaya raya. Karena tidak direstui ayah dan ibu nikah lari. Awalnya mereka hidup bahagia, dan lebih bahagia lagi waktu ibu mengandung aku. Namun waktu aku masih kecil aku sering sakit sakitan, ibu dan ayah waktu itu hidup pas pasan, buat mencukupi kebutuhan sehari hari saja mereka kekurangan apalagi harus membiayai aku bolak baik di rumah sakit. Lalu ibu memberanikan diri untuk meminta bantuan nenek, nenek mau membiayayai namun setelah sembuh ibu harus meninggalkan aku dan ayahku.

          Pulang sekolah aku dihampiri oleh wenita yang tiba tiba memelukku. “Ini ibu nak” jawabnya. Aku pun hanyadiam saja. “Maafin ibu ya,” kata wanita itu lagi. “Waktu nenek sudah meninggal, ibu berusahya mencarimu, namun pria brengsek itu sudah membawa pergi kamu. Selama ini ibu mencari kamu,” kata ibuku. “Ayo ikut ibu” ajaknya. “Arin sayang ibu tapi Arin enggak mau ninggalin ayah.” jawabku. “Kalau kamu enggak mau ibu akan membawa masalah ini ke pengadilan, ayah kamu bisa masuk penjara karena membawa kabur kamu,” ancam ibu. Aku enggak mau kalo ayah masuk penjara, aku pun mengikuti kata ibu untuk ikut dengannya. Di dalam mobil aku melihat ayah menjemputku dengan sepedanya, tapi ayah telambat aku sudah ada di dalam mobil ibu. Andai saja ayah lebih cepat mungkin aku enggak akan bertemu dengan ibu dan ayah bisa mengajaku pergi diri kota ini. Aku dulu memang merindukan ibu, namun sekarang aku sangat merindukan ayah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright AMALINDA 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .